Mengapa dikatakan bahwa kerajaan Kutai menganut agama Hindu Syiwa ?
Sejarah
sillichindani2p5xzq0
Pertanyaan
Mengapa dikatakan bahwa kerajaan Kutai menganut agama Hindu Syiwa ?
1 Jawaban
-
1. Jawaban satria722
karena kerajaan Kutai menganut agama Hindu Siwa : para Brahmana mendapat sedekah dari raja MULAWARMAN yaitu emas, lampu, sapi sejumlah 20.000 ekor. Brahmana merupakan tokoh agama dalam agama Hindu. Raja Mulawarman memuja dewa Syiwa. Brahmana merupakan kasta tertinggi dalam agama Hindu.
Di Kerajaan Kutai diselenggarakan upacara Asmawedha atau upacara pelepasan kuda. Upaca asmawedha mempunyai tujuan yaitu menentukan batas-batas wilayah kerajaan.
Pembahasan:
Masuknya ajaran agama Hindu ke Indonesia menumbuhkan suatu kerajaan yang tertua di Indonesia. Kerajaan itu terletak di provinsi Kalimantan Timur, tepatnya di muara Kaman, tepi sungai Mahakam, sekarang bernama Tenggarong. Tenggarong merupakan ibukota dari kabupaten Kutai.
Syiwa ialah salah satu dari tiga dewa utama (Trimurti) dalam agama Hindu. Dewa lainnya yakni dewa Brahma dan dewa Wisnu. Dalam ajaran agama Hindu, Dewa Siwa merupakan dewa pelebur, Tugas dari Dewa Syiwa ialah melebur segala sesuatu yang sudah tidak terpakai dan tidak layak berada di dunia fana lagi
Kerajaan Kutai berdiri pada abad ke 4 atau sekitar 400 Masehi. Pendiri dari kerajaan Kutai ialah KUDUNGGA. Kudungga digantikan oleh ASWAWARMAN. Kerajaan Kutai mengalami zaman keemasan pada saat raja MULAWARMAN memimpin.
Sumber bukti mengenai kerajaan KUTAI berasal dari sebuah prasasti yang ditemukan di Muara Kaman. Prasasti tersebut dipahat di tujuh buah yupa. Yupa tersebut bertuliskan huruf Pallawa dan berbahasa Sansekerta. Huruf pallawa merupakan huruf yang berasal dari India.
Yupa ialah berupa tiang yang terbuat dari batu. Yupa digunakan untuk mengikatkan hewan kurban.
Peninggalan dari kerajaan Kutai antara lain:
a.kalung china yang terbuat dari emas
b.dua belas arca batu.
c. satu arca bulus.
Dalam prasasti yang disebutkan di Muara Kaman, disebutkan bahwa Raja terkenal di Kutai yaitu raja MULAWARMAN merupakan raja yang memiliki sifat baikk budi. Pada masa pemerintahannya rakyat hidup sejahtera dan makmur. Prasasti tersebut dibuat untuk memperingati raja MULAWARMAN.
Nama SIWA berarti kekuatan untuk menghanguskan segala kegelapan batin. Jika kegelapan itu mendapat sinar dari Hyang Siwa, maka lahirlah kesadaran budhi yang sangat dibutuhkan setiap saat dalam hidup ini. Siwa sebagai salah satu aspek atau manifestasi Sang Hyang Widhi Wasa, kita melebur kegelapan yang menghalangi budhi dan menerima sinar suci Tuhan. Jika budhi selalu mendapat sinar suci Tuhan, maka budhi akan menguatkan pikiran atau manah sehingga dapat mengendalikan indria atau Tri Guna.
Kata Siwa berarti yang memberikan keberuntungan (kerahayuan), yang baik hati, ramah, suka memaafkan, menyenangkan, memberi banyak harapan, yang tenang, membahagiakan dan sejenisnya. Siwa merupakan Tuhan Yang Maha Esa sebagai pelebur kembali (aspek pralaya atau pralina dari alam semesta dan segala isinya). Siwa yang sangat ditakuti disebut Rudra (yang suaranya menggelegar dan menakutkan). Siwa yang belum dipengaruhi Maya (berbagai sifat seperti Guna, Sakti dan Swabhawa) disebut Parama Siwa, dalam keadaan ini, disebut juga Acintyarupa atau Niskala dan tidak berwujud. Istilah Siwa berasal dari bahasa Sanskerta yang dalam ajektivenya berarti mulia, dan dalam bentuk noun masculinenya bermakna dewa atau Tuhan .