B. Indonesia

Pertanyaan

5 contoh anekdot kritikan dalam layanan publik

1 Jawaban

  • contoh 1

    Polisi: Selamat pagi mas. Mas tahu apa yang sudah mas langgar pagi ini?

    Dion: Tahu pak. Maaf pak saya buru-buru…

    Polisi: Semua orang juga buru-buru mas. Ini masnya nggak pakai helm dan melanggar lampu merah. Mau ditilang di sini atau sidang mas?

    Dion: Lah bapak juga melanggar lampu merah dong pas kejar saya.

    Polisi: Ya itu kalau petugas yang melakukannya untuk pengejaran diperbolehkan mas.

    Dion: Nggak adil dong pak, nyatanya saya sering lihat polisi melanggar lampu merah padahal tidak mengejar siapa-siapa.

    Polisi: Kalau masnya tidak menurut, itu sama dengan melawan petugas dan dendanya bisa nambah lho mas. Ini mas mau disidangkan saja apa bayar disini? Kalau bayar disini 100 ribu saja masnya boleh lanjutka perjalanan.

    Dion: Bapak ini nyari-nyari saja deh, saya nggak punya uang pak. Biasanya saya melanggar lampu itu juga nggak dikejar. Ini tumben banget, awas pungli lho pak!

    Polisi: Makanya kalau mau melanggar lalu lintas itu lihat-lihat tanggal. Ini tanggal tua, tau! Ya sudah deh, dari pada repot kamu mending ke pengadilan saja!

    Dion: Bayar di sini saja deh pak. 100 ribu kan yak?

    Polisi: Nggak mas, 250 ribu atau masnya di pengadilan saja!

    Dion: Ya sudah deh pak, ke pengadilan saja.

    Polisi: Ya sudah deh mas, 100 ribu saja!


    contoh 2

    Di suatu pagi yang cerah, seorang pria berjalan di tengah raya. Hal itu sontak membuat setiap pengemudi keheranan begitu juga dengan polisi yang bertugas di jalan raya tersebut. Sang polisi itu pun menghampiri si pria seraya bertanya, “mengapa Bapak berjalan di tengah jalan raya? Bukankah di pinggir sana ada trotoar?” Sang pria pun menjawab, “Pak, bagaimana bisa saya berjalan di atas trotoar, kalau trotoar sendiri sekarang sudah dipakai motor untuk ‘berjalan kaki.’ Lagian selama di sini apa saja yang Bapak lakukan? Menunggu uang dari pelanggar lalu lintas? Kalau begitu, mending Bapak tilang saja pengendara motor yang ‘berjalan kaki’ di atas trotoar. Siapa tahu Bapak bisa dapat penghasilan.” Dan muka Sang Polisi pun kini kian memerah.

    contoh 3

    Suatu pagi di warung kopi, dua orang pria tengah mengobrol ringan sambil ditemani secangkir kopi dan gorengan. Hal-hal yang diperbincangkan pun beragam, salah satunya adalah soal pemadaman bergilir yang akhir-akhir ini terjadi.

    Pria 1: “Mengapa ya akhir-akhir ini sering terjadi pemadaman lampu? Terus, pihak PLN juga tidak memberitahu kita sebelumnya.”

    Pria 2: “Mungkin sepertinya PLN bakal berganti nama, yang semula Perusahaan Listrik Negara menjadi Pemadam Listrik Negara.”

    Pria 1: “Hush, kau ini sembarangan saja kalau berprasangka!”


    contoh 4

    Pak Heru: Heh, Joko, sini kamu. Tiap hari kok datang terlambat! Senyam-senyum lagi.

    Joko: Selamat pagi pak (sapa Joko sambil tersenyum).

    Pak Heru: Joko, kamu tahu tidak, kamu disekolahkan itu biar jadi orang sukses nantinya, ini kok kamu malah nggak mau disiplin, datang terlambat terus, sering bolos, malas belajar. Mau jadi apa kamu nantinya!

    Joko: Justru saya mau jadi orang sukses itu makanya saya datang terlambat pak.

    Pak Heru: Heh, kok bisa! Ngawur kamu!

    Joko: Ya nggak lah pak, lha wong cita-cita saya jadi anggota DPR kok! Mereka kan sering datang terlambat, sering tidur atau bolos pas ada rapat!

    Pak Heru: Kamu ini kurag ajar sekali!

    Joko: Nah, ini juga salah satu cara saya untuk belajar agar cita-cita saya kesampaian pak, saya kurang ajar itu karena nanti kalau jadi anggota DPR harus kurang ajar juga. Kalau sopan kan ya nggak afdol!

    Pak Heru: Kamu itu berani melawan ya!

    Joko: Ya maaf pak, ini terpaksa saya lakukan, soalnya nanti kalau saya jadi anggota DPR saya harus berani melawan hukum.

    Pak Heru: Haduh pusing bapak dengan kelakuanmu…

    Joko: Wow, berarti saya sudah oke belajarnya. Memang anggota DPR itu harus bikin pusing pak.

    Pak Heru: DPR lagi DPR lagi, sudah kau push up 25 kali.

    Lalu Joko akhirnya push up. Baru lima kali ia sudah berdiri dan mengambil kembali tasnya.

    Joko: Sudah push up pak.

    Pak Heru: Kau pikir bapak buta apa?! Kamu baru push up 5 kali.

    Joko: Ya kalau mau jadi anggota DPR kan harus gitu pak, lihat tuh korupsinya besar-besaran tapi nggak ada yang mau ngaku.

    Pak Heru: Kenapa kamu nggak mau jadi presiden saja?

    Joko: Nggak ah pak

    Pak Heru: Kenapa nggak?

    Joko: Kalau saya mau jadi presiden nanti kerjaan bapak jadi berkurang dong!

    Pak Heru: Bocah gemblung!


    contoh 5








Pertanyaan Lainnya